Senin, 22 Desember 2025

Bahasa Iklan Politik di Ruang Publik

Photo Author
- Rabu, 29 Mei 2024 | 10:21 WIB
Dr. Fahmi Gunawan, M.Hum. Dosen Linguistik IAIN Kendari  
Dr. Fahmi Gunawan, M.Hum. Dosen Linguistik IAIN Kendari  

Oleh : Dr. Fahmi Gunawan, M.Hum. Dosen Linguistik IAIN Kendari  

Akhir-akhir ini, kampanye pemilihan calon kepala daerah di Kendari, baik di tingkat kota maupun provinsi, semakin marak dengan pemasangan instrumen kampanye di ruang publik. Billboard, poster, dan spanduk dipasang di tempat-tempat strategis seperti jalan raya utama dan kawasan pemukiman padat penduduk seperti Tunggala Anawai. Instrumen-instrumen ini digunakan secara strategis untuk meningkatkan visibilitas kandidat, membangun citra positif, dan menjangkau sebanyak mungkin pemilih.

Pemasangan instrumen kampanye ini tidak lepas dari penggunaan bahasa persuasif yang efektif. Contoh iklan seperti "100jt untuk setiap RT ", "Pengacara.Bisa", "Gemoynya Kendari", "Membangun kota Kendari untuk AJP", dan "Pembangunan & Alokasi Anggaran Sampai ke RT" untuk calon walikota, menunjukkan cara berbeda dalam menarik perhatian masyarakat. Pertanyaannya adalah, jenis bahasa persuasif seperti apa yang paling efektif dalam meraih simpati masyarakat, membangun citra positif, dan mendapatkan banyak dukungan?Mari kita analisis menggunakan teori Iceberg Peter Senge, yang membantu memahami penerimaan masyarakat terhadap bahasa iklan di ruang publik dalam konteks politik praktis. Dalam konteks ini, beberapa contoh iklan saja yang akan didiskusikan. 

Iklan program pemberdayaan masyarakat "100jt untuk setiap RT " menjanjikan uang tunai yang jelas dan mudah dimengerti oleh semua orang. Janji ini menarik karena menawarkan manfaat langsung yang dapat membantu banyak orang. Janji seperti ini sering digunakan dalam kampanye populis yang fokus pada memberikan keuntungan segera. Keuntungan langsung ini bisa sangat menggoda bagi pemilih yang mengalami kesulitan ekonomi, karena mereka melihatnya sebagai solusi cepat untuk mengatasi masalah finansial sehari-hari. Selain itu, janji uang tunai yang spesifik dan konkret ini dapat menciptakan harapan yang tinggi di kalangan masyarakat, membuat mereka lebih mungkin untuk mendukung kandidat yang membuat janji tersebut. Efek psikologis dari janji seperti ini cukup kuat, karena memberikan harapan dan solusi instan yang dapat meningkatkan motivasi dan dukungan dari masyarakat. Namun, penting untuk dipertimbangkan apakah janji ini realistis dan dapat dipenuhi sesuai dengan anggaran yang ada.

Kandidat harus melakukan perencanaan yang matang dan memastikan bahwa janji ini sesuai dengan kebijakan keuangan pemerintah daerah. Ketidakmampuan untuk memenuhi janji ini dapat merusak kepercayaan masyarakat terhadap kandidat dan menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Kekecewaan tersebut tidak hanya akan berdampak pada hasil pemilihan tetapi juga dapat mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap janji-janji politik di masa depan. Oleh karena itu, meskipun janji ini dapat menarik dukungan jangka pendek, kandidat harus memastikan bahwa janji tersebut dapat direalisasikan untuk menjaga kepercayaan dan dukungan jangka panjang dari pemilih. Keberhasilan dalam memenuhi janji ini akan meningkatkan kredibilitas kandidat dan memperkuat hubungan dengan konstituen, sementara kegagalan dapat merusak reputasi dan peluang kandidat di masa depan.

Slogan "Pengacara Bisa" menekankan profesionalisme dan integritas, menarik bagi pemilih yang mencari kepemimpinan berbasis hukum dan keadilan. Ini mencerminkan tren kepercayaan pada profesionalisme, di mana latar belakang pendidikan dan pengalaman hukum kandidat memberikan kepercayaan kepada pemilih. Masyarakat yang menghargai integritas dan transparansi dalam pemerintahan cenderung mendukung kandidat ini. Mereka percaya bahwa seorang pengacara memiliki kemampuan untuk memimpin dengan jujur dan adil. Dalam konteks politik yang sering kali penuh dengan ketidakpastian dan skandal, seorang kandidat dengan latar belakang hukum dapat dilihat sebagai sosok yang mampu membawa stabilitas dan reformasi. Pengalaman di bidang hukum juga menunjukkan bahwa kandidat memiliki pemahaman mendalam tentang peraturan dan kebijakan, serta kemampuan untuk menegakkan hukum secara konsisten. Hal ini sangat penting bagi pemilih yang mendambakan pemerintahan yang bersih dan transparan. Selain itu, citra pengacara sering kali dikaitkan dengan kemampuan analitis dan penyelesaian masalah, yang menjadi nilai tambah dalam memimpin pemerintahan yang kompleks. Pemilih yang menghargai kualitas ini akan merasa lebih yakin bahwa kandidat dapat menghadapi tantangan-tantangan besar dengan pendekatan yang terstruktur dan berbasis bukti. Dengan demikian, slogan "Pengacara Bisa" tidak hanya mempromosikan kepercayaan pada profesionalisme dan integritas, tetapi juga menekankan kemampuan kandidat untuk menjalankan pemerintahan dengan prinsip-prinsip hukum dan keadilan.

Slogan "Gemoy Kendari" yang menggunakan bahasa yang unik dan menarik menunjukkan inovasi dan pendekatan personal dalam kampanye. Istilah "Gemoy" yang berarti lucu atau menggemaskan memberikan sentuhan humanis dan personal, menarik perhatian pemilih muda dan mereka yang mencari figur pemimpin. Penggunaan bahasa sehari-hari yang akrab dan menyenangkan membuat kandidat terlihat lebih dekat dan memahami aspirasi masyarakat. Hal ini sangat penting dalam kampanye politik di mana hubungan personal dan kedekatan dengan pemilih dapat menjadi faktor penentu terutama para pemilih pemula. Selain itu, pendekatan ini mencerminkan budaya lokal, menunjukkan bahwa kandidat tidak hanya memahami tetapi juga menghargai warisan budaya masyarakat Kendari. Struktur budaya lokal dan komunikasi inklusif mendukung pendekatan ini, karena kandidat menggunakan bahasa yang dirasakan milik bersama oleh masyarakat. Ini membantu membangun citra kandidat sebagai bagian dari komunitas, bukan orang luar yang mencoba mendapatkan kekuasaan. Masyarakat yang menghargai kehangatan dan keterhubungan personal lebih mendukung iklan ini karena mereka merasa kandidat tersebut lebih bisa diakses dan mengerti kebutuhan mereka. Dengan demikian, slogan "Gemoy Kendari" tidak hanya menarik perhatian tetapi juga menciptakan hubungan emosional yang kuat dengan pemilih, yang dapat berujung pada peningkatan dukungan dan partisipasi dalam pemilihan.

Dalam kacamata bahasa persuasif, menurut saya, iklan "100jt untuk setiap RT", lebih efektif dalam menarik banyak suara karena berhasil menyentuh berbagai level dari teori Iceberg. Janji ini langsung terlihat dan mudah dipahami (peristiwa), sesuai dengan tren populisme dan kebutuhan ekonomi (tren), didukung oleh struktur kebijakan dan anggaran yang potensial (struktur), dan sejalan dengan model mental pragmatisme dan kepercayaan pada solusi cepat (model mental). Masyarakat yang menghadapi kesulitan ekonomi lebih rentan terhadap janji finansial langsung ini, yang dapat meningkatkan solidaritas komunitas karena manfaatnya bersifat kolektif. Janji yang konkret dan langsung juga memiliki daya tarik psikologis yang kuat, memberikan harapan dan solusi instan yang dapat meningkatkan motivasi dan dukungan masyarakat. Namun, penggunaan bahasa persuasif ini tentu hanya merupakan salah satu faktor dalam menarik suara pemilih. Masih banyak faktor lain yang dapat digunakan sebagaimana uraian Peter Geoghegan dalam bukunya 'Democracy for Sale'. Untuk itu, hanya ruang dan waktu yang berbicara. Wallahu A'lam. 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Efendy

Tags

Terkini

La Ode Darwin, Patarung Tanpa Lawan Tarung

Senin, 3 November 2025 | 13:04 WIB

Kolaborasi Kopdeskel Merah Putih dan BumDes

Rabu, 18 Juni 2025 | 05:53 WIB

Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih Sultra

Rabu, 11 Juni 2025 | 04:59 WIB

GUBERNUR RESPONSIF ITU BERNAMA ANDI SUDIRMAN

Senin, 26 Agustus 2024 | 17:49 WIB

Judi Online di Pusaran Generasi Z dan Alfa

Minggu, 23 Juni 2024 | 19:11 WIB

Bahasa Iklan Politik di Ruang Publik

Rabu, 29 Mei 2024 | 10:21 WIB

Sosok Potensial Bacagub Pada Pilkada Sulsel 2024

Minggu, 31 Maret 2024 | 17:42 WIB

Skakmat: Menjawab Kedunguan dengan Data

Jumat, 8 Maret 2024 | 19:55 WIB

Diskualifikasi dan Pilpres Akibat Putusan DKPP

Rabu, 7 Februari 2024 | 08:59 WIB

Karismatik 'Nur Alam' Tak Pernah Pudar

Minggu, 14 Januari 2024 | 05:36 WIB

Pembentukan Opini

Senin, 4 Desember 2023 | 10:36 WIB
X